Rahim Pengganti

Bab 154 "Kepulangan yang Sangat Dirindukan"



Bab 154 "Kepulangan yang Sangat Dirindukan"

0Bab 154     
0

Kepulangan yang dinantikan     

Semua orang di sana terdiam, suami suami mereka sudah sangat takut, beberapa wanita yang tadi nya membenci Gina tiba tiba mendekati Gina dan meminta maaf. Insiden ini benar benar membuat mereka semua takut, bukan hanya para wanita itu tapi juga Gina.     

Cara bicara pak Joyo, memang singkat jelas dan padat tapi di balik itu semua penuh dengan begitu banyak penekanan yang ada sehingga membuat mereka sudah tidak bisa berkutik lagi.     

***     

"Maafkan istri kami Ibu Daffa," ucap seorang prajurit yang pangkatnya lebih rendah dari Daffa suami Gina.     

"Tidak apa apa, lain kali sebelum membenci seseorang harus tahu lebih dulu alasan nya membenci apa. Jangan jadi salah sasaran, tidak enak nantinya."     

Setelah mengatakan hal itu, Gina segera menyusul sang mertua yang masuk ke dalam mobil. Sidang secara singkat ini, baru pertama kali Gina ikuti dan hal itu membuat jantungnya berdetak dengan sangat kencang.     

Sejak kejadian di ruang rapat para anggota, Gina sedikit bisa bernafas lega. Karena kelima orang yang selalu mencaci dan memaki diri nya sudah yang tidak melakukan hal itu lagi, tapi wanita yang bernama Dewi yang adiknya tidak di terima oleh keluarga mertua nya masih bersikap acuh. Bahkan wanita itu, tidak pernah mau bertemu dengan Gina di mana pun tempat nya.     

Sama hal nya dengan pagi ini, seperti biasa penjual sayuran gerobak yang sering masuk ke dalam komplek rumah dinas, Gina yang kebetulan hari ini ingin mengirimkan masakan untuk bunda dan ibu mertua nya, kehabisan bawang. Wanita itu lalu pergi menuju ke arah tempat penjual sayur yang sering mangkal di sana. Saat Gina berjalan mendekati penjual sayur, Dewi wanita yang tidak menyukai Gina seketika langsung pergi wanita itu meninggalkan gerobak tersebut. Melihat hal itu, membuat Gina bingung akan sikap Dewi yang selalu tidak mau berdekatan dengan diri nya.     

"Ibu kapten Daffa mau belanja apa?" tanya beberapa orang istri prajurit lainnya. Gina tersenyum, "Beli bawang sama cabai saja Bu," jawab Gina. Wanita itu lalu meminta apa saja yang diri nya butuhkan, ibu ibu tersebut beberapa kali melemparkan pertanyaan dan semua nya di jawab oleh Gina dengan biasa biasa saja, tanpa ada sesuatu hal yang penting.     

"Mari ibu saya permisi dulu," ucap Gina pamit dengan begitu sopan. Sepergian Gina, para ibu tersebut memuji Gina yang memang cantik.     

"Itu yang kata nya bermasalah sama ibu Dewi?" ucap mang Udin, penjual sayur yang sejak tadi hanya diam. "Iya … mamang bisa lihat sendiri, kan gimana? Orang nya baik, sopan, cantik lagi. Pantas aja mbak Dewi, urung uringan saat tahu kalau adik nya gak di terima di keluarga kapten Daffa."     

Gina hanya geleng geleng kepala mendengar pembicaraan mereka yang bisa di dengar oleh Gina karena suara yang dihasilkan sangatlah besar. Mereka ingin membicarakan orang lain tapi, dengan intonasi yang sangat besar.     

Sesampainya di dalam rumah, Gina langsung mengeksekusi semua nya. Wanita itu memang sedang libur kuliah, dua Minggu akan di habiskan oleh Gina hanya di rumah saja, itulah diri nya akan membuat beberapa makanan untuk kedua orang tua nya, yang pasti akan sangat senang mendapatkan apa yang diinginkan.     

Selama memasak, Gina juga saling video call dengan kedua teman nya, siapa lagi kalau bukan Sekar dan Acha. Kedua nya sedang tidak berada di Jakarta Sekar sedang menemani Acha ke Bandung dan hal itu membuat Gina iri. Kemarin Gina juga ingin ikut, tapi sang bunda tidak memberikan izin, bunda Carissa mengatakan bahwa tidak baik istri pergi tanpa izin suami sedangkan jangankan untuk izin memberi kabar saja Daffa seperti nya tidak mampu.     

"Lo emang istri terbaik banget deh Na."     

"Udah deh, kalau cuma mau ngeledek," ucap Gina. Terdengar dengan sangat jelas bagaimana kedua nya, tertawa dengan sangat lepas. "Bukan ngeledek loh Na. Tapi emang benar, kan? Gimana nggak istri terbaik mertua sama orang tua nya di masakin, duhh mana dapat mertua the best lagi. Mau dong gue, jadi menantu mereka," ucap Acha.     

"Jadi adik ipar gue kalau gitu," sahut Gina. Seketika Acha langsung tersenyum masam, wanita itu tidak suka dengan apa yang di ucapkan oleh Gina. Entah kenapa, menyebut atau mendengar nama Dewa membuat Acha tidak suka. "Ya elah Cha. Udah deh, berarti nggak jodoh," ucap Sekar.     

Sekarang giliran Acha yang menjadi bahan bullyan dari kedua nya, dan hal hal seperti ini benar benar membuat Gina begitu bahagia.     

"Na, kita pulang pokok nya Lo. Harus bikin masakan itu, buat kita ya ampun gue pengen makan nya asli, itu enak banget," ucap Sekar.     

"Iya gue juga. Pokok nya, gue pengen makan itu juga titik," ujar Acha.     

Gina tersenyum, kedua orang yang ada di depan nya itu memang tidak ada satu orang pun yang bisa masak, padahal Tante Siska ibu dari Sekar, sudah mengajari anaknya itu namun, masih sama saja anak itu tidak juga bisa memasak. Bahkan membedakan bumbu saja masih sering salah. Begitu juga dengan Acha, wanita itu bahkan pernah hampir membuat rumah terbakar saat merebus telur.     

Saat itu, Acha sedang bucin bucin nya dengan Dewa, jadi fokus nya Acha hanya pada Dewa dan lupa bahwa diri nya di tugaskan oleh sang ibu untuk melihat rebusan telur dan berakhir semua nya gosong.     

"Iya … iya … iya, nanti dimasakin buat kalian berdua. Maka nya buruan pulang, biar sekalian gue ajarin deh," ucap Gina.     

"Lo juga harus siap siap dapur ya Na, ntar semua nya di hancur kan oleh Acha," ledek Sekar.     

"Gila lo, kalau ngomong suka benar." Semua nya tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Acha. "Tapi beneran deh Na. Nanti ajarin gue ya, siapa tahu albang Daffa butuh istri kedua gitu," lanjut Acha. Gina dan Sekar yang mendengar hal itu seketika hanya memasang wajah kesal apalagi Gina yang sudah ingin menggigit Acha.     

"Ha … ha … ha … santai aja kali, gue juga gak bakalan kek gitu, bisa bisa gue si gorok orang seasrama nanti," ucap Acha. Obrolan mereka berlanjut, sampai semua masakan yang di masak oleh Acha selesai. Tidak ada henti henti nya, kedua orang tersebut membuat Gina tertawa dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan, saat ini rasa nya Gina ingin berangkat ke Bandung supaya bisa bertemu dengan kedua sahabat nya.     

"Ya sudah gue mau mandi dulu ya, terus mau nganterin ini semua ke rumah bunda dan ibu," ucap Gina. Panggilan video itu pun, segera di matikan dan Gina mulai membersihkan tempat masak nya.     

Gulai kepala ikan kakap, tumis kacang panjang dan ati ampela, serta sambal goreng kentang masakan yang dibuat oleh Gina untuk Ibu Sri dan pak Joyo, serta ayah Bian dan bunda Carissa.     

Bapak Joyo, sangat menyukai ikan kakap apa lagi kepala nya, di gulai dengan sangat pedas. Begitu juga dengan ayah Bian yang begitu suka jika bunda Carissa memasak sambal goreng kentang, bagi Gina rasa lelah saat menyiapkan semua nya akan hilang saat melihat raut wajah bahagia yang mereka tampilkan.     

***     

Gina baru saja selesai mandi, ketika suara dering ponselnya berbunyi sebuah nomor asing masuk. Dahi Gina berkerut melihat hal itu, sebab diri nya tidak menghindar sesuatu jika yang menelpon adalah kurir. Ada perasaan ragu di dalam hati Gina, wanita benar benar bingung harus menjawab panggilan tersebut atau tidak. Tapi dirinya juga, ingin tahu siapa yang menelpon saat ini, dengan perasaan takut Gina segera mengangkat panggilan tersebut.     

"Hallo," ucap Gina.     

"Sayang."     

"Mas Daffa," ucap Gina kaget. Wanita itu bingung dengan suara sang suami yang terdengar, dari balik panggilan tersebut. Senyum Dan air mata bahagia mengalir begitu dalam, Gina begitu bahagia entah kenapa wanita itu sangat terharu bisa mendengar suara suaminya.     

"Iya sayang, ini mas. Maaf menelpon dengan nomor yang berbeda, handphone Mas jatuh ke dalam air karena sibuk mencari sinyal hingga tidak tahu jika pohon yang di naiki ternyata sudah tua dan membuat Mas terjatuh."     

"Ya ampun Mas. Terus kamu gimana?" tanya Gina. Saat ini wanita itu sangat khawatir dengan kondisi suami nya, apa lagi mendengar Daffa jatuh dari atas pohon sudah membuat Gina sangat panik. Namun, Daffa segera memberikan penjelasan, karena Daffa tahu istri nya itu pasti akan sangat panik.     

"Kamu gak usah khawatir aku baik baik aja, cuma handphone yang gak baik sayang maka nya kemarin gak bisa nelpon. Ini aja simpen handphone Ares," ucap Daffa.     

"Ya sudah mas. Kamu kalau gak ada sinyal, jangan sampai naik ke atas pohon. Jangan bikin khawatir terus ya."     

"Siap sayang. Aku kangen kamu loh."     

Kedua nya saling melemparkan kata kata rindu mereka, perpisahan ini sungguh membuat Gina merindukan suami nya. Mereka sangat asyik dengan panggilan tersebut, bahkan tanpa terasa sudah hampir satu jam setengah kedua nya berbicara.     

"Ya sudah Mas istirahat aja ya. Aku juga mau ke rumah ibu dan bunda," ucap Gina.     

"Kamu jangan terlalu capek sayang, kalau gak minta Dewa buat antar jemput," jawab Daffa.     

Perhatian sekecil ini, yang membuat Gina akhir nya luluh. Hati nya mulai menemukan tempat nyaman untuk bertahan, supaya bisa singgah di waktu yang tepat.     

Panggilan tersebut terputus, Gina lalu meletakkan handphone nya, tak pernah luntur sedikit pun senyum di wajah Gina. Panggilan singkat itu, semakin membuat hari hari Gina berwarna. Mendengar suara Daffa adalah suatu kebahagian tersendiri di dalam hidup Gina.     

"Ke rumah ibu dulu, terus baru ke rumah bunda," ucapnya. Gina membuat dua box untuk tempat makanan yang diri nya, bawa hari ini rencana nya Gina akan menginap di rumah kedua orang tua nya, sesuai dengan permintaan sang bunda sebelumnya. Namun, sebelum pergi Gina memberikan tetangga kiri dan kanan nya masakan yang baru saja di masak tadi, mereka berdua begitu kaget dengan banyak nya makanan yang diberikan oleh Gina. Ucapan syukur begitu dalam, ketika Gina sebagai istri seorang Kapten begitu peduli dengan mereka semua.     

"Ibu terima kasih banyak ya," ucap wanita yang sedang hamil anak kedua itu. Gina menganggukkan kepala nya, lalu diri nya segera masuk ke dalam mobil menjalankan mobil nya dan keluar dari area rumah dinas.     

Selamat di perjalanan tidak ada hal serius yang dilakukan oleh Gina, wanita itu hanya fokus dengan jalanan yang semakin hari semakin sering macet. Jarak asrama dan rumah mertua nya, tidak lah jauh sehingga hanya menghabiskan sepuluh menit Gina sudah sampai di rumah sang mertua.     

Gina turun, tidak banyak hal yang dilakukan oleh Gina. Wanita itu, segera pamit dari rumah kedua orang tua Daffa, bapak begitu semangat ketika mendengar Gina memasak gulai kepala ikan kakap kesukaan diri nya. Ibu Sri selalu berucap syukur dengan kehadiran Gina yang membawa banyak cahaya di dalam kehidupan mereka.     

"Hati hati dijalan ya nak. Titip salam untuk Mbak Carissa dan mas Bian," ucap ibu Sri.     

"Iya Bu, nanti Gina sampaikan salam nya sama ayah dan bunda. Ibu dan bapak, Gina pamit dulu ya. Semoga suka sama masakan Gina, kalau ada yang kurang kasih tahu ya Bu supaya Gina bisa memperbaikinya," jawab Gina.     

"Masakan kamu pasti sangat enak. Kamu hati hati ya."     

Gina lalu, masuk ke dalam mobil nya dan mulai pergi dari sana. Hari nya begitu bahagia, banyak orang yang tersenyum dengan apa yang terjadi hari ini. Rasanya Gina sangat bahagia dengan hal itu, sebelum pulang ke rumah kedua orang tua nya Gina lebih dulu membeli beberapa makanan kesukaan ayah dan bunda nya.     

Dengan hasil, cafe Cemara yang lumayan besar. Bahkan jika kedua orang tua nya, tidak membiayai semua kuliah Gina maka hasil gaji yang diri nya terima sudah bisa di gunakan. Cafe tersebut berkembang dengan sangat pesat bahkan hampir seluruh wilayah Indonesia sudah ada cabang beberapa dari cafe yang di bangun oleh bunda nya. Saat dulu sedang bermasalah dengan sang ayah Gina sampai bingung sendiri, karena tidak dewasa nya kedua orang tua nya dulu.     

Setelah selesai dari toko kue, Gina langsung pergi menuju ke rumah kedua orang tua nya, di rumah ternyata sudah ada Ryu. Gina masuk, pandangan mata Gina menatap ke arah sofa ruang tamu di mana sang bunda sedang duduk berdua dengan Putri bercerita sangat asyik.     

"Bund!!" panggil Gina. Bunda Carissa dan Putri menoleh ke arah tersebut, senyum di wajah masing masing tercetak dengan sangat jelas. "Aku bawain kue dan masakan buat bunda dan ayah," ucap Gina.     

"Makasih sayang. Ini Putri calon kakak ipar kamu," ucap bunda Carissa. Wanita itu begitu semangat saat menyebut kata 'kakak ipar' dan hal itu membuat Gina tersenyum bahagia. Rasa takut yang selama ini ditakuti oleh Ryu nyatanya salah, lihat lah sekarang, Putri begitu akrab dengan sang bunda.     

Gina lalu pamit, untuk masuk ke dalam kamar nya sejak tadi di toko kue kepala Gina sedikit pusing. Hal itu membuat, Gina begifu tidak nyaman, dirinya lalu masuk ke dalam kamar nya tak lupa meminta mbak Susi untuk mengambil barang yang dirinya bawa tas, supaya bisa di simpan. Sampai di dalam kamar Gina segera merebahkan diri nya di atas tempat tidur nya.     

"Kek nya masuk angin deh, dari tadi pagi mual mulu," gumam Gina.     

***     

Sore hari nya, tiba tiba mual menyerang membuat Gina harus terbangun dari tidur nya. Berlari menuju kamar mandi, untuk menumpahkan semua nya. Gina memuntahkan semua isi perut nya, pusing mual dan lidah pahit semua jadi satu.     

"Harus minta dibuati mbak Susi teh jahe nih. Biar enakan," ucap Gina. Wanita itu lalu mandi dan berganti pakaian, supaya diri nya bisa turun ke bawah.     

Dua puluh menit, Gina lalu turun dan menuju dapur ternyata Putri masih ada di rumah nyam melihat sang bunda ada teman nya, membuat Gina bahagia. Jika Ryu menikah, maka rumah ini pasti akan lebih seru, dan semoga saja hubungan ayah Bian dan juga Ryu semakin membaik. Sejak pernikahan Gina dan Daffa, membuat hubungan Ryu dan ayah Bian sedikit renggang. Padahal ayah Bian sudah meminta maaf karena keegoisannya saat itu.     

"Bikin apa Bun?" tanya Gina. Carissa menoleh di lihat nya Gina sudah terbangun dari tidur nya. "Udah bangun sayang, muka kamu pucet banget nak. Kamu sakit?" tanya Carissa dari nada bicara nya, terlihat dengan sangat jelas bahwa wanita itu begitu panik.     

"Pusing sedikit sih Bun. Masuk angin, deh karena emang beberapa hari lalu sibuk banget nugas," jelas Gina. Mendengar hal itu membuat Carissa langsung meminta mbak Susi untuk membuatkan air teh jahe untuk, anak nya dan meminta Gina hanya duduk saja. Begitu lah bunda Carissa, wanita itu akan panik dengan sendirinya padahal orang yang sakit biasa biasa saja.     

Kedekatan yang terjalin dari Gina dan bunda Carissa membuat Putri begitu tersentuh, selama ini diri nya hanya melihat kedekatan seperti ini dari televisi atau pun publik figur, dan saat ini diri nya menyaksikan secara langsung.     

Malam hari nya, mereka semua makan dengan begitu lahap. Pujian demi pujian di berikan kepada Gina mengenai masakan yang begitu enak.     

"Ayah udah sangat rindu sama masakan kamu dek," ucap Bian dengan begitu semangat. Pria itu sudah nambah sebanyak dua kali, dan hal itu membuat Gina begitu bahagia. Bukan hanya sang ayah, tapi Abang dan juga calon kakak ipar nya juga memuji masakan Gina. "Anak bunda ternyata sudah sangat pintar," ucap bunda Carissa.     

"Semua karena bunda. Bunda yang selalu mengajarkan aku untuk bisa ini dan itu semua nya seorang diri," jawab Gina.     

Mereka lalu, melanjutkan makan dengan begitu lahap sesekali ayah Bian menggoda Ryu untuk segera di bawa ke pelaminan. Ayah Bian sudah memutuskan untuk segera pergi ke rumah calon menantu nya itu, seperti yang diinginkan oleh Ryu.     

Saat di taman belakang, meskipun Ryu bersikap datar dengan ayah nya tapi Bian tahu bagaimana rasa cinta yang diberikan oleh Ryu kepada diri nya dan juga anak anak nya lain.     

***     

"Kepala nya masih pusing, nak?" tanya bunda Carissa. Pagi ini, Gina bangun kesiangan hal itu karena tadi sebelum subuh diri nya muntah muntah terus, membuat Gina sangat lemah. Tapi setelah subuh, tubuh wanita itu begitu ringan dan membuat Gina merasa lebih baik.     

"Emang kamu sakit apa dek?" tanya Ryu, terlihat begitu jelas bahwa pria itu begitu khawatir dengan keadaan sang adik. Mendengar ucapan yang begitu khawatir dari sang Abang membuat Gina begitu bahagia. "Aku baik baik aja kok bang, cuma emang kemarin pusing aja. Tapi udah mendingan kok," jawab Gina. Wanita itu berusaha menjelaskan bahwa dirinya baik baik saja kepada sang Abang dan juga ayah nya yang pasti sebentar lagi akan tahu.     

Gina hanya perlu bersiap siap, apa yang akan terjadi pada diri nya jika kedua laki laki itu bersatu, karena sikap yang overprotektif akan terjadi.     

"Kalau kamu sakit dan butuh sesuatu, kamu kasih tahu Abang. Jangan di tahan sendirian," ucap Ryu dengan begitu lembut.     

"Siapa yang sakit?" tanya Bian yang baru saja pulang dari jogging pagi, Gina menatap ke arah sang bunda dan juga Ryu meminta agar kedua nya tidak berbicara dengan sang ayah, karena Gina tahu bagaimana sikap dari ayah nya. "Loh kenapa diam. Siapa yang sakit?" tanya Bian lagi. Namun, tidak ada yang berbicara hingga Gina menyatakan bahwa tidak ada yang sakit secara serius, hanya pusing biasa saja.     

Bian menatap sang anak begitu intens, meskipun terlihat dengan sangat jelas bahwa Bian masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh anak nya namun, pria itu tetap berusaha untuk percaya.     

Setelah selesai dari sarapan Gina pamit untuk pulang, wanita itu hanya menginap satu malam hal itu karena tidak mau meninggalkan rumah dinas terlalu lama takut ada pemeriksaan dari pusat dan dirinya tidak ada di rumah tersebut.     

"Hati hati di jalan ya ya nak, nanti kalau sudah sampai di rumah kabarin sama bunda ya," ujar Carissa.     

"Siap Bunda aku pamit dulu ya."     

Gina langsung masuk ke dalam mobil nya wanita itu segera meninggalkan rumah kedua orang tua nya, meskipun rasa nyaman adalah rumah kedua orang tua nya namun, jika sudah menikah rumah nya sendiri lah ya h begitu nyaman. Hal itu juga yang membuat Gina lebih cepat untuk pulang ke rumah dinas.     

Saat sampai di rumah dinas, tidak ada yang membuat Gina curigam wanita itu segera masuk ke dalam rumah nya namun, saat masuk semua ruangan di dalam rumah gelap. Gina sangat ingat diri nya kemarin menghidupkan semua nya. Hal itu membuat Gina sedikit takut, dan panik. Saat dirinya akan keluar dari dalam rumah, seseorang menutup pintu tersebut.     

Gina berusaha berjalan menuju saklar listrik, dan ketika lampu di hidupkan. Gina kaget dengan siapa yang ada di sana, seseorang yang tersenyum ke arah Gina dengan sangat lebar. Senyum yang sangat dirindukan oleh Gina, siapa lagi kalau bukan Daffa.     

"Mas Daffa kamu udah pulang," ucap Gina dengan berusaha menahan sesak.     

Gina memeluk suaminya, sungguh dirinya sudah sangat merindukan Daffa pria yang berhasil membuat diri nya jatuh cinta dengan merasakan manis nya semua perasaan.     

"Loh kok nangis, harusnya bahagia dong. Gimana lihat suami pulang kok sedih sedih," ucap Daffa. Pria itu memang sengaja tidak memberikan kabar mengenai kepulangannya, karena Daffa ingin setelah dirinya selesai bertugas bisa bersama sama dengan sang istri seperti saat ini. Daffa membawa Gina ke dalam pelukannya, memeluk istrinya dan tak lupa mengecup semua bagian wajah Gina dengan oenuh perasaan cinta.     

##     

Selamat malam dan selamat membaca, terima kasih semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.